Kamis, Februari 18, 2010

Cinta Abadi Rabindanarth Tagore

*)Rabindranath Tagore di Kolkata, sekitar tahun 1915 ketika ia mendapat anugrah gelar.



Jangan biarkan aku berdo'a untuk berlindung dari bahaya, tetapi untuk menjadi berani menghadapinya. (rabindanarth tagore)


Kami tak punya waktu yang hilang. Dan karena tak punya waktu, kami harus bergegas meraup kesempatan. Kami terlalu buruk untuk terlambat. (Rabindanarth Tagore)

Kemahakuasaan Tuhan tidak berada dalam angin ribut tapi pada angin sepoi (Rabindranath Tagore)

= = = = = = = = = = = = = =

I seem to have loved you in numberless forms, numberless times…
In life after life, in age after age, forever.
My spellbound heart has made and remade the necklace of songs,
That you take as a gift, wear round your neck in your many forms,
In life after life, in age after age, forever.

Whenever I hear old chronicles of love, it’s age old pain,
It’s ancient tale of being apart or together.
As I stare on and on into the past, in the end you emerge,
Clad in the light of a pole-star, piercing the darkness of time.
You become an image of what is remembered forever.

You and I have floated here on the stream that brings from the fount.
At the heart of time, love of one for another.
We have played along side millions of lovers,
Shared in the same shy sweetness of meeting,
the distressful tears of farewell,
Old love but in shapes that renew and renew forever.

Photobucket

Rasanya Aku telah mencintaimu sekian abad, dalam sekian wajah..
Dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain, dari zaman ke zaman, selamanya.
Hati saya yang terpesona dibentuk menjadi untaian kalung nyanyian,
Dimana kamu mengambilnya sebagai sebuah hadiah,
dipakai olehmu, di lehermu, dalam berbagai wujud,
dari satu kehidupan ke kehidupan yang lain, dari zaman ke zaman, selamanya.

1 Jejak:

Bahauddin Amyasi mengatakan...

Mendengar nama Rabindanarth Tagore, mengingatkan saya pada sejarah Taj Mahal di India. Ia pernah berkata:

"Kau tahu, Jahanara, hidup dan gairah kemudahan, kekayaan dan kejayaan, semua terseret oleh zaman. Disebabkan oleh kefanaan, kau lalu berjuang untu membakakan hatimu yang muram. Biarlah musnah kemewahan rubi, mutiara dan berlian. Cukuplah setetes air mata ini, Taj Mahal, yang tersisa. Kemilau, tiada ternoda, di pipi waktu, selalu dan selamanya..."

Lalu, apa yang kau harapkan dari hdup, Dee? Hidup dan sebuah Perjalanan, ah...

Buku Tamu
Link To Me
Nasihat / Comment
Thiya's Plurk
Daftar Isi
   Koridor Silaturahim Semesta Sajak Renjana