
Jumat sore,01 Feb 2008. At Rapat Redaksi Buletin AMANAH NEWS
Shahabatku... entah aku harus berterimakash dengan apa. Satu lagi kejutan darimu datang padaku di sore ini. Dengan disaksikan teman-teman redaksi, kubuka bingkisan paling besar yang pernah kuterima darimu.
Ibu Aisyah menebak isinya pasti buku dan jangan-jangan Harry Potter. Instingku juga berkata demikian.
Dan ternyata.... BENAR!!!!!!!!!!
Sungguh sahabatku, ini adalah sebuah kejutan yang besar bagiku. Sebelumnya aku tidak pernah berani bermimpi bisa memiliki buku ini. Ini terlampau mahal untuk ukuranku meski sebenarnya ku sangat ingin.
Sekarang aku diliputi kebingungan, harus dengan apa aku ucapkan terimakasih padamu. Terutama pesan-pesan singkatmu yang menyertai bukunya, semua perkataanmu sangat sesuai dengan keadaanku saat ini. Dan kuanggap semuanya sebagai doa. Sehingga tiada kata-kata yang pantas kuucapkan selain:
"Amien" dan "Terima kasih".
Pesan-pesanmu adalah salah satu kebetulan yang patut kusyukuri. SEmoga kita berhasil, dan sukses dengan mimpi-mimpi kita masing-masing, seperti katamu.
Sahabat dari masa kecilku,
Ini semua terlalu banyak terlalu berlimpah, sehingga maafkan semua keterbatasanku untuk mengucapkan terimakasih dan membalas segenap kebaikan-kebaikanmu. Ini terlalu berharga, kawan!
Aku cuma bisa mengucapkan satu hal yang kupastikan benar-benar keluar dari ketulusan hatiku;
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
TERIMA KASIH
dan,
MAAFKAN AKU...
11022008/05:30PM
Sahabatku. maafkan atas keterbatasanku. walau berulang kamu katakan bahwa pemberian itu bukan apa-apa dan tidak mengharap apa-apa. Tapi aku tetap saja merasa tak tahu diri. Mengucapkan terimakasih dan mengabarkan barangnya sampai saja tidak kulakukan. malah lagi-lagi kamu yang repot-repot menghubungiku bertanya paket itu tiba atau tidak.
Untuk kesekian kalinya, aku merasa berhutang padamu. bagaimana kutebus,kawan? Malu rasanya bila mengingat sejak pra bulan kesucian kemarin, aku menyengaja menjauh darimu. Tidak lagi rajin berkirim kabar padamu. Aku sengaja berusaha menghilang. Tapi kamu tetap saja berhasil hadir di ceritaku.
Semua itu kulakukan agar tidak ada "hal lain" di antara kita yang mengganggu ke-khalis-an persahabatan kita sejak dulu ini. Aku tahu "hal" itu telah ada tersirat di dirimu terutama setelahkau pertegas dengan permohonan maafmu atas pengkhianatanmu pada persahabatan kita. Aku takut. Aku takut sekali, sahabat masa kecilku. Takut bertambah lagi hati terluka karenaku.
Karena sudah kukatakan sejak dulu, bukan? Bahwa kita memang hanya bersahabat. Tidak lebih. Tapi kamu istimewa. Sangat. Tidak akan kumungkiri.
Tapi sekarang kamu membuatku terpaksa menanggung beban hutang. Setelah semua yang kamu berikan selama ini. Semangat,doa,perhatian-perhatian kecilmu dan bingkisan-bingkisan itu,menjadikanku dipaksa terpacang tegak di sini. Sebab tak tahudirilah aku bila tidak usahakan balas budi.
Kalau sudah begini... bagaimana aku pergi untuk terlepas darimu???
0 Jejak:
Posting Komentar