Sabtu, April 10, 2010

Perempuan yang dirindukan hujan

[Sebuah prosa liris singkat]


Photobucket

Untuk perempuan yang dirindukan hujan...

Kembali kusapa dirimu dengan salam, yang membawa kita pada teja kenangan. Tak banyak, tak juga sering. Hanya beberapa kali. aku melihat binar matamu bersenda dengan hujan. Lirih berceloteh betapa awan dan pelangi sungguh serasi. Dan hanya pada kali itu aku melihat binarmu sungguh-sungguh tertawa. dan biarlah aku yang duduk menikmati bersama kabut yang terus menunggu pagi.
Menemukanmu. Ritmis hujan senja kala langit merah saga. Semua musim seakan tak berarti. Semua warna mati. Selebihnya, semoga engkau takkan pernah lupa untuk menyampaikan pesan kepada sang matahari agar mengajariku bagaimana menjaga cahaya matamu kelak. Menghuni istana hatimu adalah harapan terdalamku.
Melihatmu. Nyata terbaca semua kata pada sela-sela hujan yang engkau puja. Kadang ia terlihat merindukanmu. Kadang ia untuh dan sendu. Suatu ketika ia terlihat begitu purna dalam bisu. Tak membutuhkan apapun.

Kepada yang dirindukan hujan. Anggunmu, utuhmu, purnamu, diam-diammu. Rindu-rindu tak berdasar. Buta dan membingungkan. Tapi hujan selalu setia pada percaya yang tak sia-sia.

bersambung...

0 Jejak:

Buku Tamu
Link To Me
Nasihat / Comment
Thiya's Plurk
Daftar Isi
   Koridor Silaturahim Semesta Sajak Renjana