Sabtu, Februari 20, 2010

Tahun-tahun Yang Sama

Photobucket

Thiya Renjana सितारा
Tahun-tahun dengan 'wiken' yang serupa.
Aku bisa menghafalnya jelas lewat senja yang saga.
Tak pernah berubah...



Rangga Umara

di tapak senja itu, ku cari
jejak wajah yang mulai tiada
damar tua masih melipat kedua mataku
di tengkuknya

tik!

tik!

retaslah anak mentari dirahim mataku.


Thiya Renjana सितारा

lalu ada malam melipat kisah patah
memejam damar tua yang meniada
dan wajah tapak senjamu dapat kulihat jelas melalui kedua mataku..

Rangga Umara


lalu senja mulai beranjak kerna malam segera tiba
adakah yang tersisa kisah-kisah yang sempat terlukis di kanvas pendek itu?
lukisan mungil cantik masih membatu di tubir hati serupa renda bajuku



Thiya Renjana सितारा

indahnya lukisan mungil cantik membatu menerjang kesepian lelaki yg bergerak untuk berbakti.
Lukisan renda janji benarnya cakrawala.
Seorang dara kesemua mata-mata akan melihat rembulannya,
haruskah hadir dan pergi tanpa arti.



Indra Lukmana


Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan.
Tiada lagi.
sendiri. Berjalan ...
menyisir semenanjung jalan , masih pengap harap
kilau cahaya rembulan
mampu menerangi impian...


kamu
pasti sanggup menjaganya
selama nafas masih menyatu dengan raga
niat tulus akan abadi selamanya....
jaga tali kasih sayang
biar hati yang bicara
menjadi pelita di kesunyian malam...



Thiya Renjana सितारा


biar hati yang bicara
saat bintang resah kala malam tiba
kau dan aku menggenggam erat hujan jatuh satu-satu
menetes,
basahi jauh renjana rindu...



Indra Lukmana


kelam dan angin lalu mempesiang diri
menggigir juga ruang di mana dia yang kuingin,
malam tambah merasuk, rimba jadi semati tugu
Sepi di luar. Sepi menekan mendesak.
Lurus kaku pohonan. Tak bergerak...
Sampai ke puncak. Sepi memagut,
Tak satu kuasa melepas-renggut
Segala menanti.
Menanti.
Menanti.
besar rindu semaki menderu........



Thiya Renjana सितारा


besar rindu semakin menderu juga kataku
walau rindu yang lugu
tak aku malu memeluk gigil biru.
Ada sepi yang tak terjawab,
pasti melanda di kedatanganmu pada keberadaannya.
Sambil kau lihat aku, dalam sudut-sudut kecil,
dalam bunga-bunga
pun bebatuan..



Indra Lukmana


Tiada yang terasa tak pedih
Bila suatu tak diraih
Tiada terasa yang tak sayang
Bila suatu dalam lamunan
Airmata kesejukan ...
Adalah debar kepalsuan dalam roman khayalan
Inilah suratan tiada datang
Ilham menjelang
Ku tiada mengerti mengapa
Sekali akan melangkah jatuh lagi
Ku tidak menduga mengapa
Yang membuatku duka
Adalah membuatku gelisah
Ketika ingin kugapai
Suatu itu terbang
Ketika ingin kuraih
Suatu itu kandas dan karam
Dan wajah itu semakin menjadi menawan
Oleh setipis senyuman
Biarlah dia buat simpatiku selamanya
Dan biarlah dia hanya hadir
Dalam lamunan dan angan yang tersisa
di dalam rinndu yang terpendam


{ Tapi , damaikan hati ini dari resahq …! }



Thiya Renjana सितारा


aku sekarang belajar percaya
pada sebuah kilah yang mengabaikan rasa
pada damai yg menuding resah
pada rindu yg terpendam tersisa
Biar rasa memilih reinkarnasi
sebab lamunan tak lagi hati
cinta, rindu, kecewa, juga benci..




Indra Lukmana


Cinta itu adalah perasaan yang mesti ada pada tiap-tiap diri manusia,
ia laksana setitis embun yang turun dari langit,bersih dan suci.
Cuma tanahnyalah yang berlain-lainan menerimanya.
Jika ia jatuh ke tanah yang tandus,
tumbuhlah oleh kerana embun itu kedurjanaan, kedustaan, penipu, langkah serong dan lain-lain perkara yang tercela.
Tetapi jika ia jatuh kepada tanah yang subur,d
i sana akan tumbuh kesuciaan hati, keikhlasan, setia budi pekerti yang tinggi dan lain-lain perangai yang terpuji ..




Pujangga Rindu


seperti apakah perjalanan yag melaju atas nama kita?
matamu itukah yang mengisyaratkan waktu berhenti dan detak jantungku seprti dilumat sepi...
percakapan kita memang sampai karena memang harus kita akhiri...
rindu, barangkali menjadi peta dan menuju kampung yang lelah menunggu kepulanganmu....




Pujangga Rindu


Kini kubiarkan kau berjalan dengan mimpi yang kau tepis, bahkan sejak mula aku tahu kau takut merindukanku, maka kau tulis saja namaku di tanah, biar di sapu angin yang resah. tapi aku berbelok dengan masih mengenangmu karena perjalanan bahkan mampu dicuri lewat apapaun, dan aku tak takut menjadi orang yang kehilangan, karena begitulah semestinya hidup...begitu pesan seorang pujangga yang melihat perempuannya bermata kaca....


Thiya Renjana सितारा


sedang bagimu apa sang rindu dalam senja?
aku berkata rindu berada antara keraguan dan keyakinan
dapatkah hari pertahankan terang bila pintu malam siap merampas?
pernah aku memaksa yakini mentari akan datang lagi bila bumi sudah menenggelamkannya di ufuk kalbu.
Dan lalu adakah dapat memilikimu jika Kemahaperkasaan tak memberikanmu untukku selamanya.



Indra Lukmana


Semerakah salam ku awali tuk sebuah harapan . . . . .
Semerbak akan aroma . . . .
ku semai di dalamnya tak terkecuali lantunan do’a tertangkai kepadanya
dan tukmu ku ucap salam semerona senyum mentari pagi . . . . .
sewangi kasturi surgawi seperti tulus sang do’a para Nabi . . . . . . .


di saat pena mulai di angkat maka rentetan kata mulai melekat . . . . . . . . .
ketika segenap jiwa menatap maka setitik harapan di dapat . . . . . ....
saat hati meratap sedikit demi sedikit keresahan akan terungkap . . . . .
Dan kepadamu aku mulai berucap . . . . .
Adakah sebuah senyum saat lentik mata berkedip . . . .
Mungkinkah jika kutitipkan asa tuk sekedar tutur sapa . . . . . . .
Dan salahkah jika kamu awal dari semuanya . . . . .
Ku akhiri dulu risalah ini dengan kesungguhan yang terpendam
Pertanyaan berarti kesanggupan . . . . . . . . .
Selamat pagi

0 Jejak:

Buku Tamu
Link To Me
Nasihat / Comment
Thiya's Plurk
Daftar Isi
   Koridor Silaturahim Semesta Sajak Renjana