Malam ini sunyi mendekap diri
mata memandang bintang menari
daun-daun bergoyang meresapi angin
kakiku bertanya
berdirikah aku di sini?
Jiwa kosong terbawa sekeping hati yang bersembunyi
Tetapi aku berdiri di sini
Jangan suruh aku tidur karena jiwaku menentang jahirku
Biarkan samudera memiliki makna tepi karena ragaku ingin berlabuh
Aku sudah lelah
hatiku ingin menginjak ujung sinar yang tertutupi awan gelap.
Salahkah?
04:01:08 AM
Asa ini semakin membuatku resah
apakah semua ini akan mudah musnah?
Aku mungkin terlalu percaya pada risalah jiwaku
dan terlalu berharap pada masa pemimpiku
Hingga aku terlupa bahwa aku hanyalah debu.
14:23 PM
Mataku jauh tak melihatmu
tanganku lelah walau tak pernah menyentuhmu
tapi jauh dari lubuk hatiku
jiwaku bernafas
hatiku sangat merasakanmu.
Matamu kulihat
gerakmu menjelas
dan harummu kurasa
walau semua tak kudekap.
Saat ini aku menemukan serpihan diriku di dalam dirimu
rasanya seperti melihat ketenangan dari matamu yang menerawang
Aku seakan menggapai dirimu dalam kalbuku
Seakan aku tahu apa yang ada dalam pikiranmu
Hari ini aku seperti mengenalmu sejak dulu
Perasaan ini melebihi apa yang kurasa
kebahagiaan ini mengalahkan apa yang kupunya
Entah sampai kapan rasa ini menyelimutiku
entah kapan semua akan menemui jawaban pasti.
Aku yakin walau jahirku tak bersamamu
tapi jiwaku di sana.
Aku memang merasa mati tanpamu
dalam wujudnya yang mungkin belum bisa kau pahami
Jika ku terus menantikanmu apakah masih ada tapak jalan tuk menujumu
Aku terus menatapmu ketika aku tak lagi dapat menarik jiwamu
dalam hati dan pengharapanku tentangmu
Maka apakah kuharus pergi jauh dari batasan hirupan nafasmu?
Begitu juga denganku!
Aku, jiwaku seakan kosong saat kau pergi dari aku
kamu membawa separuh nafasku
dan tinggalkan sayap-sayap patahku!
Bukan kau yang kan menghampiriku
tapi jiwa kan membawa jahirku ke ruang hidupmu
Jika kau membuka pintu.
Seluruh pintu kan kubuka
Hari-hari yang kutulis memang tak jauh dari dentangmu
yang mengoyak-ngoyak fikiranku secara berkelanjutan
dalam bentuk ketidakpastian.
Tapi, siapa peduli?
karena mungkin kamu berkata
aku orang yang tak peduli jiwaku sendiri.
Semua ini akan terus meruah yang mungkin takkan terwujud dalam perihnya masa
Aku menunggu untuk menikmati semuanya dengan indah.
Takkan kusia-siakan pintu itu terbuka walau jalanan tinggi membatu
dan pasir-pasir menjadi duri.
Aku akan terus melangkah tanpa lelah melukai tapakku.
Aku rasa yang peduli padamu,
jiwa yang tahu tentangmu!
Percayalah!
2 Jejak:
ruarr biasa kata2nya.. belajar dari mana...bikin klepek klepek hihi..
ruarr biasa kata2nya...bikin klepek klepek hoho..
Posting Komentar